Effective Communication : Culture and Interpersonal Communication

  1. Definisi Culture adalah Gaya hidup kelompok yang relatif terspesialisasi orang-orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui komunikasi, bukan melalui gen.

Contohnya budaya Indonesia dengan budaya Amerika berbeda dari segi hukum, Indonesia melarang adanya LGBT sedangkan di Amerika di izinkan untuk masyarakatnya melakukan LGBT. Dalam diskusi akademik tentang budaya, bagaimanapun mereka lebih sering dibedakan. Seks mengacu pada perbedaan biologis antara pria dan wanita; seks ditentukan oleh gen, oleh biologi. Gender, di sisi lain mengacu pada “konstruksi sosial maskulinitas dan feminitas dalam suatu budaya” (Stewart, Cooper, & Stewart, 2003:29-30).

2. The Relevance of Culture in Effective Communication

  • Demographic Changes

Perubahan demografis seperti yang tertulis di buku yaitu, perubahan yang terjadi secara luas, contohnya Amerika Serikat yang sebagian besarnya dihuni oleh orang Eropa, sekarang negara itu sangat dipengaruhi oleh warga baru dari Amerika Latin, Amerika Selatan, Afrika, dan Asia.

  • Sensitivity to Cultural Differences

kita menjadi semakin sensitif terhadap perbedaan budaya. Orang harus meninggalkan budaya asli mereka dan beradaptasi dengan budaya baru ke perspektif yang menghargai keanekaragaman budaya. Contohnya perubahan budaya Indonesia yang menjadi kebarat-baratan. (Lustig & Koester, 2010:31) ahli teori ini lebih suka menyebut semua budaya sebagai budaya.

  • Economic and Political Interdependence

Sebagian besar negara saling bergantung satu sama lain secara ekonomi. Kehidupan ekonomi bergantung pada kemampuan komunikasi secara efektif dari lintas budaya yang berbeda. Komunikasi dan pemahaman antarbudaya sekarang lebih penting dari siapappun contohnya, budaya masyarakat Indonesia dalam freeport hanya melakukan sistem kerja dilapangan sedangkan orang luar negeri yang memfasilitasi.

  • advances in communication technology

Pesatnya teknologi telah membuat antarbudaya semudah yang tak terhindarkan. Sekarang, berkomunikasi dengan mudah melalui email dan jejaring sosial apapun. Contohnya, berkomunikasi dengan saudara di malaysia tidak perlu menggunakan surat.

  • Culture-Specific Nature of Interpersonal Communication

Sifat khusus budaya komunikasi antarpribadi menjadi alasan mengapa budaya begitu penting. Antarpribadi adalah spesifik budaya, apa yang terbukti efektif pada satu budaya dapat terbukti tidak efektif pada budaya lain. Contohnya, Memberikan hadiah ulang tahun kepada teman dekat akan dihargai oleh banyak orang tetapi Saksi-Saksi Yehuwa tidak menyukai tindakan ini karena mereka tidak merayakan ulang tahun (Dresser,2005:32).

3. Cultural Differences

  • Individual and Collective Orientation

Budaya berbeda dalam cara mereka mempromosikan pemikiran dan perilaku individualis dan kolektivis (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010; Singh & Pereira, 2005:35). Dalam budaya individualis mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri atau mungkin keluarga terdekatnya. Dalam budaya kolektifis anggota bertanggung jawab untuk seluruh kelompok. Misalnya, individualis diukur dari sejauh mana anda berkontribusi dalam kelompok sehingga dapat menonjol atau berbeda dari yang lain. Kolektivitis kesuksesannya diukur dari kontribusi terhadap capaian bersama.

  • High and Low Context Culture

Dalam budaya konteks tinggi informasinya tidak secara eksplisit. Dalam budaya konteks rendah sebagian besar informasi secara eksplisit. Budaya konteks tinggi juga budaya kolektivis (Gudykunst & Kim, 1992; Gudykunst, Ting-Toomey, & Chua, 1988:37). Budaya-budaya ini (Jepang, Arab, Amerika Latin, Thailand, Korea, Apache, dan Meksiko adalah contoh) sangat menekankan hubungan pribadi dan perjanjian lisan (Victor, 1992:37). Budaya konteks rendah juga budaya individualis. Budaya-budaya ini (Jerman, Swedia, Norwegia, dan Amerika adalah contoh) kurang menekankan pada hubungan pribadi dan lebih menekankan pada penjelasan verbal

  • Power Distance

Jarak kekuasaan mengacu pada bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam masyarakat. Budaya jarak-rendah mengharapkan Anda menghadapi teman, mitra, atau penyelia dengan tegas; dalam budaya ini ada perasaan umum kesetaraan yang konsisten dengan perilaku (arsetif) yang mengkomunikasikan yang ada dipikiran dengan tetap menjaga perasaan pihak lain (Borden, 1991:38). Budaya jarak tinggi, di sisi lain, memandang konfrontasi langsung dan ketegasan secara negatif, terutama jika diarahkan pada atasan.

  • Masculine and Feminine Cultures

Budaya Maskulin dan Feminin yang sangat penting untuk konsep diri adalah sikap budaya tentang peran gender; yaitu tentang bagaimana seorang pria atau wanita harus bertindak. Budaya yang sangat maskulin menghargai agresivitas, kesuksesan materi, dan kekuatan. Budaya yang sangat feminin menghargai kesederhanaan, kepedulian terhadap hubungan dan kualitas hidup, dan kelembutan.

  • High-Ambiguity-Tolerant and Low-Ambiguity-Tolerant Cultures

High-Ambiguity-Tolerant

Tingkat toleransi ambiguitas sangat bervariasi di antara budaya. Orang-orang dalam budaya ambiguitas tinggi mudah menoleransi individu yang tidak mengikuti aturan yang sama dengan mayoritas budaya, dan bahkan mungkin mendorong pendekatan dan perspektif yang berbeda. Seperti mahasiswa yang lebih suka diberi tugas tanpa jadwal tertentu.

Low-Ambiguity-Tolerant

Anggota budaya yang toleran terhadap ambiguitas rendah melakukan banyak hal untuk menghindari ketidakpastian dan memiliki kecemasan tentang mereka melihat ketidakpastian sebagai ancaman dan ancaman sesuatu yang harus dilawan. Budaya yang toleran terhadap ambiguitas rendah menciptakan aturan komunikasi yang jelas yang tidak boleh dilanggar. Seperti, siswa lebih suka tujuan spesifik, instruksi terperinci, dan jadwal yang pasti.

  • Long- and Short-Term Orientation

orientasi jangka panjang, sebuah orientasi yang mempromosikan pentingnya imbalan di masa depan dan, misalnya, anggota budaya ini lebih cenderung untuk menabung untuk masa depan dan untuk mempersiapkan masa depan secara akademis (Hofstede, Hofstede, & Minkov , 2010:40).Budaya-budaya ini percaya bahwa para ibu harus betah bersama anak-anak mereka. Orientasi jangka pendek percaya dan mengajarkan bahwa pernikahan adalah pengaturan moral.

  • Indulgence and Restraint

Budaya-budaya ini memiliki lebih banyak orang yang bahagia, yang tergantung pada dua faktor utama: Kontrol kehidupan. Budaya juga berbeda dalam penekanan mereka pada indulgensi atau pengekangan (Hofstede, Hofstede, & Minkov, 2010:41). Budaya-budaya yang mengumbar kesenangan adalah budaya yang menekankan kepuasan keinginan; mereka fokus pada bersenang-senang dan menikmati hidup

4. Tahapan Culture Shock

Shock budaya adalah reaksi psikologis yang Anda alami ketika Anda berada dalam budaya yang sangat berbeda dari budaya Anda sendiri (Ward, Bochner, & Furnham, 2001; Wan, 2004:45).

Shock budaya terjadi dalam empat tahap (Oberg, 1960:45). Tahapan-tahapan ini berguna untuk memeriksa banyak pertemuan dengan yang baru dan yang berbeda.

-Tahap Satu: Bulan Madu. Pada awalnya Anda mengalami daya tarik,
bahkan pesona, dengan budaya baru dan rakyatnya.

-Tahap Dua: Krisis. perbedaan antara budaya Anda sendiri dan pengaturan baru menciptakan masalah. Perasaan frustrasi dan ketidakmampuan datang ke permukaan. Ini adalah tahap di mana Anda mengalami guncangan budaya baru yang sebenarnya.

Tahap Tiga: Pemulihan. memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi secara efektif. Anda belajar bahasa dan cara-cara budaya baru. Perasaan tidak mampu Anda reda.

Tahap Empat: Penyesuaian. Pada tahap akhir ini, Anda menyesuaikan diri dan datang untuk menikmati budaya baru dan pengalaman baru. mungkin masih mengalami kesulitan. Orang juga mungkin mengalami kejutan budaya ketika mereka kembali ke budaya asli mereka setelah tinggal di budaya asing, semacam kejutan budaya terbalik (Jandt, 2004:45).

5. Principles for Effective Intercultural Communication

  • Educate Yourself

Tidak ada persiapan yang lebih baik untuk komunikasi antar budaya selain belajar tentang budaya lain. Untungnya, ada banyak sumber untuk digunakan. Lihat film dokumenter atau film yang menyajikan pandangan budaya yang realistis. Membaca materi tentang budaya oleh orang-orang dari budaya itu dan juga oleh “orang luar” (mis., Foster, 2004:44).

  • Recognize Differences

-Untuk berkomunikasi secara lintas budaya, Anda perlu mengenali perbedaan antara Anda dan orang lain
orang-orang dari budaya lain, perbedaan dalam kelompok budaya lain, dan banyak
perbedaan makna.
 -Hadapi stereotip Anda
-Sesuaikan komunikasi Anda dengan orang lain
(akomodasi)
-Kurangi etnosentrisme Anda

References

Devito, Joseph. A. (2013). The interpersonal communication book/ Joseph A. Devito – 13th ed. New Jersey: Pearson Education.

Tujuan Belajar Ekonomi

isabella anggieta kania

1401174577

kalau menurut saya tujuan belajar ekonomi itu untuk bisa mempelajari,memahami suatu kondisi mengelola dalam kehidupann saya sehari-hari . kehidupan juga bisa lebih bisa di atur dan teratur supaya bisa meningkatkan sesuatu yang ingin di capai. sesuai kebutuhan